Setelah Aku Lulus

  

Saat aku lulus, barulah aku benar-benar merasakan bagaimana rasanya kehilangan.
Teman-temanku, yang dulu setiap hari menemaniku tertawa karena hal-hal sepele, kini perlahan pergi menapaki jalan masing-masing.

Dulu, setiap pagi aku selalu disambut dengan canda dan tawa mereka. Kami sering tertawa sampai lupa waktu, hanya karena hal kecil yang tak penting sama sekali. Tapi justru dari hal-hal kecil itu, kenangan besar tercipta.

Sekarang, semuanya terasa berbeda. Tidak ada lagi suara tawa yang menggema di kelas. Tidak ada lagi panggilan spontan untuk jajan bersama, atau keluh kesah menjelang ujian.
Yang tersisa hanyalah layar handphone — satu-satunya tempat kami bisa saling menyapa.

Kadang, aku membuka galeri dan melihat foto-foto lama. Rasanya seperti menonton film tentang masa lalu yang tak akan pernah terulang. Aku tersenyum, tapi di dalam hati ada rasa rindu yang dalam.

Aku baru sadar, bahwa perpisahan bukan hanya tentang berpisah tempat, tapi juga tentang belajar merelakan kebersamaan yang dulu begitu hangat.
Dan meski kini kami hanya bisa bertemu lewat pesan singkat, aku tahu — persahabatan itu tidak hilang. Ia hanya berubah bentuk.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *