Hari itu, suasana kelas terasa seperti biasa. Bu Rina, guru matematika kami, sedang menjelaskan tentang pecahan. Tapi entah kenapa, aku merasa bosan. Aku malah sibuk menggambar di buku catatan dan sesekali bercanda dengan teman sebangku.
Bu Rina sempat menegurku dengan lembut, “Dengar ya, nanti kamu akan butuh ini saat ulangan.” Aku hanya mengangguk sambil tersenyum, tanpa benar-benar mendengarkan.
Beberapa hari kemudian, tiba saatnya ulangan matematika. Aku membuka lembar soal dan langsung terdiam. Semua soal terasa asing, seolah aku belum pernah mempelajarinya. Jantungku berdebar kencang, dan aku mulai menyesal.
Aku melirik teman-teman yang sibuk mengerjakan dengan serius, sementara aku hanya bisa menatap kertas kosong. Rasanya malu dan kecewa pada diri sendiri.
Setelah nilai ulangan dibagikan, aku mendapat nilai yang rendah. Saat itulah aku benar-benar merasa bersalah. Aku teringat bagaimana Bu Rina sudah berusaha keras mengajar kami dengan sabar, tapi aku malah mengabaikannya.
Sepulang sekolah, aku mendatangi Bu Rina dan berkata pelan, “Maaf, Bu. Saya tidak memperhatikan waktu itu.” Bu Rina tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, yang penting kamu sadar dan mau belajar lebih sungguh-sungguh.”
Sejak hari itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu memperhatikan setiap penjelasan guru. Aku belajar bahwa menghormati dan mendengarkan guru adalah kunci agar kita bisa berhasil.
